INFO PENTING : Teknis Tes Bimbingan KQ 2015 Klik di sini ===|||=== News Update : Pembagian Kelompok Bimbingan KQ untuk FPMIPA, FPOK, FPEB, FPTK 2013 Klik di sini

Kucurhatkan padamu, Ikhwatifillah*

Written By keluarga quran upi on Friday, May 25, 2012 | 8:09 AM



Ada resah yang berkelindan di hati
Ada harap yang semakin menjadi

Apakah yang akan terjadi ketika para salafus saleh hanya mencukupkan bahwa ilmu dan kebaikan itu untuk diri mereka saja? – Perkara orang lain saleh atau salah adalah pertanggungjawaban masing-masing. Lalu, bagaimana pula dampaknya ketika warasatul ambiya (baca: pewaris para nabi, para ulama) enggan untuk berbagi pengetahuannya? Masihkah ada risalah itu? Akan tetap nyondong1kah generasi robbani itu?

Mes fre’res fillah qui sont respecte’s d’Allah2

Perlombaan estafet, betapapun catatan waktu tempuh larinya sugoi3, tidak dikatakan gewinnen4 jika tongkat yang dibawa pelari pertama tidak diberikan pada pelari kedua, pelari kedua kepada pelari ketiga, dan seterusnya. Ada tongkat yang diwariskan dari pelari yang satu kepada pelari lainnya yang kemudian menjadi hal mutlak dalam penilaian dan kelayakan sebagai pemenang. Seorang pelari estafet, tidak akan merasa sia-sia ketika ternyata bukan dirinya yang harus tiba di garis finish, yang ada dalam imajinya adalah bagaimana dia berlari dan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi tim.

Ikhwati, tidakkah kita resah jika “tongkat” itu hanya terhenti di tangan kita?

Akom Al Azam, Al Faqir ilaAllah

Catatan: 1. B.Daerah: Ada; 2. B.Perancis: Ikhwatifillah yang Allah Muliakan; 3. B.Jepang: Luar Biasa 4. B.Jerman: Menang

Taujih Qurani

Written By keluarga quran upi on Friday, May 11, 2012 | 3:57 PM



Dapatkan Taujih Qurani dari Ust. Abdul Aziz Abd. Rouf di blog ini: keluargaquran.blogspot.com dengan cara yang sangat mudah, sahabat tinggal klik link di bawah ini..
https://www.box.com/download/account/f_2211392201/0/syaik+A.+aziz.wav

Agar Bisa Menikmati Indahnya Dakwah


Engkau hanya memerlukan kesadaran, bahwa yang engkau lakukan seluruhnya dalam dakwah ini adalah untuk Allah.

Kerjamu untuk Allah. Keringatmu untuk Allah. Waktu yang engkau habiskan untuk Allah. Harta yang engkau alokasikan dalam dakwah adalah untuk Allah. Pikiran yang engkau curahkan untuk Allah. Tenaga yang engkau sumbangkan untuk Allah.

Berjalanmu dalam melakukan semua kegiatan, berangkat dan pulangnya, untuk Allah. Dudukmu dalam mengikuti rapat dan koordinasi, untuk Allah. Suaramu saat engkau menyampaikan pendapat dan pandangan, untuk Allah.

Mengawali dan mengakhiri rapat dan semua pertemuanmu, untuk Allah. Program kerja yang engkau tunaikan, untuk Allah. Berlelah-lelahmu untuk Allah. Berpagi-pagimu untuk Allah. Bermalam-malammu untuk Allah.

Engkau hanya memerlukan kesetiaan, bahwa segala yang engkau pikirkan adalah untuk Allah. Segala yang engkau kerjakan adalah untuk Allah. Segala yang engkau rancang adalah untuk Allah. Segala yang engkau inginkan adalah ridha Allah.

Engkau tidak perlu memusingkan dirimu akan mendapatkan apa dalam jalan dakwah ini, karena itu urusan Allah. Engkau tidak perlu merisaukan posisimu seperti apa dalam organisasi dakwah karena telah diatur oleh Allah. Mungkin saja engkau mengetahui ada sebagian orang yang hasad kepadamu, kepada posisimu, kepada kedudukanmu, namun engkau telah menyerahkan semuanya kepada Allah. Engkau tidak perlu menyimpan rasa iri dengki atas posisi, kedudukan, jabatan, dan harta benda yang dimiliki saudaramu di jalan dakwah, karena engkau lebih menginginkan kedudukan mulia di sisi Allah.

Engkau tidak perlu resah memikirkan omongan dan sikap orang kepadamu, selama engkau selalu bersandar kepada Allah. Engkau tidak perlu menyibukkan diri untuk berharap-harap jabatan, posisi, kedudukan, kekuasaan tertentu dalam perjalanan dakwah, karena telah dikelola oleh Allah. Engkau tidak perlu menyibukkan diri untuk mencari-cari gemerlapnya pujian dalam mengemban amanah dakwah, karena segala puji hanyalah milik Allah.

Engkau hanya perlu menyibukkan diri untuk selalu membawa kesadaran Rabbaniyah dalam segala langkah. Engkau hanya perlu menyibukkan diri untuk selalu mengingat Allah dalam segala kegiatan. Engkau hanya  perlu menyibukkan diri untuk memberikan kontribusi terbaik di jalan dakwah, dengan segala potensi dan kemampuan yang engkau miliki, karena Allah.

Engkau hanya perlu menyadari bahwa kemuliaan itu hanya milik Allah. Bukan pada jabatan, posisi, kedudukan, harta dan materi duniawi. Engkau hanya perlu memupuk dan menguatkan kecintaan kepada Allah, karena pada sisi Allah terdapat segala kekuatan dan kesempurnaan. Tidak ada orang terhina selama dia mendekat kepada Allah. Tidak ada orang mulia dalam menjauhi Allah.

Maka, resapilah setiap hari setiap saat, betapa nikmat berada di jalan dakwah ini. Karena proposalmu adalah kepada Allah, bukan kepada manusia. Proposalmu adalah kerja di jalanNya, bukan untuk posisi dunia.

Selamat menempuh jalan dakwah yang begitu nikmat, setiap waktu setiap saat.

(Ust. Cahyadi Takariawan)

Bisik-bisik yang Jadi Berisik dan Nikmat Ukhuwah yang Kian Terusik

Written By keluarga quran upi on Monday, May 7, 2012 | 10:15 PM

“Ada pula hambatan, persis di depan retinamu, ia adalah kesalahan kawan selangkah seperjuangan yang begitu besar terlihat oleh kesombonganmu melebihi besarnya pengorbanan yang telah ia persembahkan bersamamu dalam langkah yang semakin menjauh ini.”

Sebuah kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang selain dari diri kita, disadari atau (pura-pura?) tak disadari terkadang begitu nikmat untuk dijadikan sebagai tema perbincangan. Kita lantas mengambil dalih dalam rangka evaluasi dan perbaikan untuk ke depannya. Perlahan kita berbisik bersama kawan seperjuangan lainnya tentang si fulan yang bersikap begini dan si fulanah yang mengambil keputusan begitu. Tentang si akhi yang sedang khilaf dan si ukhti yang sedang keliru. Tak ada ruang untuk berbaik sangka sebab kita punya dalih bahwa buruk sangkanya kita itu muncul tidak dengan sendirinya alias diundang sendiri oleh yang diburuksangka-i.

Bisikan, ikwhatifillah, betapapun halusnya, jika tentang sebuah kesalahan kawan seperjuangan adalah sembilu yang mampu menusuk dan mengoyak ukhuwah. Periksalah niat kita dalam mengucapkan kata, benarkah ia lahir dari keinginan untuk memperbaiki keadaan atau justru sedang menegaskan kesalahan kawan? Adakah keikhlasan yang kita upayakan saat menyampaikan pilihan-pilihan tentang perbaikan atau malah kita sedang memperlihatkan bahwa kita ini yang paling hebat dan punya beragam solusi untuk setiap permasalahan yang datang menghampiri?

Dalam dakwah dan organisasi dakwah, ada hal yang peting. Namun, ada juga beragam hal yang jauh lebih penting. Ada hal yang mendesak. Namun, tidak sedikit pula hal yang jauh lebih mendesak. Apakah berbisik-bisik tentang kesalahan kawan seperjuangan adalah sebuah kepentingan yang mendesak?

Ikhwatifillah, Andai ketika kita bercermin, kita temukan sebuah wajah yang ternoktah, apakah kita akan memilih untuk buru-buru menghapus noktah dalam cermin dengan cara menggosok-gosok cermin itu? Atau kita banting saja cerminnya sebab telah begitu berani memperlihatkan tampilan wajah yang tidak elok?

Orang-orang yang cerdas tentu akan segera bergegas membasuh muka mereka sebab tahu betul bahwa yang ada pada cermin itu adalah wajahnya. Dan betapa biijak sang Nabi berkata: “Mukmin yang satu adalah cermin bagi mukmin yang lain. Apabila ada aib, maka ia memperbaikinya.” (H.R. Bukhori).

15 April 2012

Al Faqir IlaAllah, Akom Al Azam





 

Blog Writer

Followers

 
Copyright © 2011. Keluarga Quran UPI . All Rights Reserved.
Bloggerized by AdScienceBlog
Template Design by Creating Website. Inspired from Metamorph RocketTheme | Edited by AdScienceBlog